Cara Menggunakan Multimeter / Multitester
Banyak
sekali istilah yang digunakan untuk menyebut alat ini, ada yang
menyebut Avometer karena merujuk kegunaanya dari satuan yang digunakan
Ampere, Volt dan Ohm. Multimeter dari kata Multi (banyak) dan Meter
(dikonotasikan sebagai alat ukur). Multitester dari kata Multi (banyak)
dan tester (alat untuk menguji).
Sebelum
kita menggunakanya alangkah baiknya bila kita mengenal panel,
terminal, dan fasilitas yang dimiliki alat ukur elktronika ini.
I. BATAS UKUR (BU) pada Multimeter seperti berikut ini.
Batas Ukur merupakan Nilai maksimal yang bisa diukur oleh multimeter
- Paling
kiri atas merupakan blok selektor DC Volt. Ini merupakan blok selektor
yang harus kita pilih saat melakukan pengukuran tegangan DC. Perlu
diingat Ini merupakan Batas Ukur (BU) yang harus kita perhatikan saat
akan melakukan pengukuran. Bila diketahui perkiraan nilai tegangan yang
akan diukur maka Batas Ukur yang harus dipilih harus berada diatas
nilai perkiraan tersebut. Sebagai contoh bila kita akan mengukur
tegangan pada suatu rangkaian yang memiliki nilai tertera pada PCB
tersebut 9 volt DC maka kita boleh menggunakan batas ukur 10 volt DC.
- Paling kiri atas merupakan blok selektor AC Volt. Ini merupakan
blok selektor yang harus kita pilih saat melakukan pengukuran tegangan
AC. Demikian juga untuk pengukuran teganganAC Batas Ukur yang harus
dipilih harus berada diatas nilai perkiraan tersebut tegangan AC
tersebut. Contoh Bila akan mengukur tegangan Jala-jala PLN seperti kita
ketahui nilai tegangan PLN berkisar antara 220 Volt AC maka harus
dipilih batas ukur 250 volt AC.
- Bawah kanan tertulis satuan Ohm untuk mengukur resistansi, ini
tidak terlalu kritik atau beresiko bila salah memilih selektor. Hanya
akan berpengaruh pada ketelitian dan cara kita menghitung nilai
resistansi terukur.
- Kiri bawah tertulis DC mA yang digunakan untuk mengukur Arus DC.
Arus yang terukur maksimal 250 milli Ampere DC. penggunaan batasn ukur
harus diatas nilai arus perkiraan yang ada pada rangkaian.
- Bila tidak diketahui perkiraan nilai tegangan gunakan batas ukur
yang paling besar (bisa 1000 VoltDC atau 1000 VoltAC). Demikian juga
untuk arus DC gunakan skala batas ukur tertinggi. Yang paling penting
pada pengukuran arus dan tegangan DC polaritas colokan (probe) jangan
terbalik. Kutup (-) terhubung colokan hitam dan (+) terhubung colokan
merah.
- Bila dalam pengukuran terjadi kesalahan batas ukur ataupun
polaritas colokan terbalik sebaiknya cepat-cepat kita tarik colokan
dari titik ukur yang kita lakukan. Hal ini pada multimeter analog
beresiko terhadap rusaknya alat ukur kita meskipun dalam multimeter
terdapat sekring pengaman.
II. SKALA MAKSIMUM
Skala Maksimum (SM) merupakan batas nilai tertinggi pada panel meter.
- Pada
Skala Maksimum paling atas merupakan skala yang dibaca saat mengukur
resistansi. Perlu diingat bahwa penunjukan jarum pada simpangan paling
ujung kanan merupakan nilai resistansi paling kecil. Sedang pada
simpangan paling kiri untuk atau jarum (bergerak sedikit)
mengindikasikan nilai resistansi paling besar. Karena nilai skala
resistansi (ohm) paling kiri memiliki angka paling besar, sedangkan
paling kanan nilainya nol.
- Pada gambar di bawah ini diperjelas untuk Skala Maksimum pengukuran arus, tegangan AC ataupun DC.
Pada gambar diatas ada tiga nilai yang umumnya dipakai pada multimeter analog yaitu skala maksimum 10, 50, dan 250.
III. MENGUKUR RESISTANSI
- Letakan selektor atau batas ukur (BU) resistansi yang paling sesuai. Pilih
batas ukur resistansi sehingga mendekati tengah skala. Sebagai contoh:
dengan skala yang ditunjukkan dibawah dengan resistansi sekitar 50kohm
pilih × 1kohm range.
- Hubungkan kedua ujung probe (colokan) jadi satu. Bila jarum belum bisa menunjuk skala pada titik nol putar ohm
ADJ sampai jarum menunjukan nol (ingat skala 0 bagian kanan!). jika
tidak dapat diatur ke titik nol maka batteray didalam meter perlu
diganti.
3. Cara menghitung nilai resistansi yang terukur :
R = BU x JP
R = resistansi yang terukur (ohm)
BU = Batas Ukur yang digunakan
JP = Penunjukan Jarum pada skala
sehingga pada contoh diatas dapat kita hitung resistansi yang terukur memiliki nilai :
BU = x 1K
JP = menunjuk pada angka 50 ohm
terhitung :
R = 1K x 50
R =
50K ohm
Keselamatan kerja
- Dalam
menggunakan multimeter sebagai pengukur tegangan kita harus
memperhatikan manual book masing masing multimeter, yang dapat diringkas
sebagai berikut : Pasanglah probe sesuai dengan
kedudukannya. Probe berwarna merah dicolokkan pada terminal (+), dan
probe berwarna hitam dicolokkan pada terminal com (-). Ada beberapa
multimeter yang memiliki probe include dengan multimeternya sehingga
tidak perlu susah-susah memasang. Jenis tegangan. Sebelum melakukan
pengukuran kita harus mengetahui jenis tegangan apa yang akan kita
ukur, apakah tegangan AC (alternating current) atau tegangan DC (direct
current).
- Dengan
mengetahui jenis tegangannya kita dapat menentukan penempatan selector
pada bagian AC atau DC. Jika tegangan yang akan kita ukur adalah
tegangan AC arahkan selektor pada bagian AC. Jika tegangan yang akan
kita ukur adalah tegangan DC maka arahkanlah selektor pada bagian DC.
Jika kita belum mengetahui jenis tegangannya, supaya aman dalam
pengukuran hendaknya arahkan selektor pada bagian AC (karena tegangan
DC sebenarnya bagian dari tegangan AC).
Mengukur tegangan DC
IV. Pengukuran arus dan tegangan DC dengan multimeter
- Pilih jangkah ukur dengan lebih besar dari dengan pembacaan yang masih dapat dilakukan.
- Sambungkan meter, yakinkan sambungan
pada sisi yang benar. Meter Digital akan selamat pada penyambungan
terbalik, tetapi meter analog mungkin menjadi rusak.
- Jika pembacaan melampaui skala : sesegera mungkin lepaskan dan pilih jangkah ukur yang lebih tinggi.
Multimeter sangat mudah rusak oleh perlakuan sembrono mohon diperhatikan hal ini:
- Selalu melepas meter sebelum memindah jangkah ukur.
- Selalu periksa letak jangkah sebelum dihubungkan kerangkaian.
- Jangan membiarkan jangkah ukur pada pengukuran arus (kecuali saat pembacaan ukuran).
- Jangkah pengukur arus paling besar resiko kerusakannya karena berada pada resistansi rendah .
Cara mengukur tegangan :
Hubungkan hitam ujung (negatif -) ke 0V, normalnya terminal negatif batteray atau catu daya. merah ujung (positif +) titik dimana anda menginginkan mengukur tegangan.
Pembacaan skala analog :
Perhatikan penempatan sakelar jangkah ukur pilih skala yang sesuai.
Untuk beberapa jangkah ukur anda perlu mengalikan atau membagi 10 atau
100 seperti ditunjukan pembacaan dibawah ini. Untuk jangkah ukur
teganagn AC gunakan tanda merah sebab calibrasi skala sedikit geser.
Contoh pembacaan skala ditunjukan pada:
- Jangkah ukur DC 10V: 4.4V (baca langsung skala 0-10 )
- Jangkah ukur DC 50V: 22V (baca langsung skala 0-50 )
- Jangkah ukur DC 25mA : 11mA (baca 0-250 dan bagi dengan 10)
- Jangkah ukur AC 10V : 4.45V (gunakan skala merah, baca 0-10)
Rumus :
VDC= Tegangan DC
BU = Batas Ukur
SM = Skala maksimum yang dipakai
JP = Jarum Penunjuk
Cara menghitung :
Misalnya
Batas Ukur yang digunakan 10 VDC dengan Skala Maksimum 10 VDC dan
jarum diatas menunjuk pada angka 4 lebih 2 kolom kecil masing-masing
kolom kecil bernilai 0,2 karena antara angka 4 dan 5(tidak tertulis),
terbagi jadi (5 kolom kecil) Sehingga JP=4,4
VDC = (BU/SM)JP
=(10/10)4,4
nilai terukur=4,4VDC
MENGUKUR TEGANGAN AC
V. MENGUKUR TEGANGAN AC
Gunakan
alas kaki kering terbuat dari bahan isolator sebagai pengaman minimal
jika terjadi kejutan listrik. Ini perlu dilakukan bila dilakukan
pengukuran tegangan AC yang dianggap besar.
Sebelum melakukan pengukuran tegangan hendaknya kita sudah bisa
memperkirakan berapa besar tegangan yang akan diukur, ini digunakan
sebagai acuan menentukan Batas Ukur yang harus digunakan. Pemilihan batas ukur yang tepat hendaknya harus lebih tinggi dari tegangan yang diukur.
contoh : untuk pengukuran tegangan PLN, diketahui jenis
tegangan-nya adalah AC dan besar tegangan adalah 220 VAC,
sehingga batas ukur yang harus digunakan adalah 250 atau 1000. Jika tidak diketahui nilai tegangan yang akan diukur, pilih batas ukur tertinggi.
- Colokan probe merah pada terminal (+), dan probe hitam pada terminal (-) pada multimeter.
- Menentukan
Batas Ukur pengukuran. Karena tegangan PLN secara teori adalah 220VAC
maka kita arahkan selektor pada bagian VAC dengan Batas Ukur 250 atau
1000 (ingat Batas Ukur dipilih lebih besar dari pada tegangan yang akan
diukur). Untuk pembahasan kita kali ini kita akan menggunakan Batas
Ukur 250.
- Dalam pengukuran tegangan AC posisi penempatan probe bisa bolak-balik.
- Hubungkan kedua ujung probe (colokan) multimeter masing-masing pada dua kutub jalur tegangan PLN misalnya stop kontak.
- Perhatikan saat melakukan
pengukuran, jangan sampai ujung probe merah dan hitam saling
bersentuhan, karena akan menyebabkan korsleting.
- Dari pengukuran tersebut diperoleh penunjukan jarum sebagai berikut.
- Cara menentukan pembacaan hasil ukur, rumus yang digunakan tidak berbeda saat kita menghitung hasil ukur tegangan DC.
BU = Batas Ukur
SM = Skala maksimum yang dipakai
JP = Jarum Penunjuk
VAC = Tegangan terukur
Pada pengukuran kita di atas Batas Ukur
yang digunakan adalah 250 Vc dan Skala Maksimum yang digunakan 250,
serta penunjukan jarum pada angka 200 lebih 4 kolom kecil yang mana
masing kolom bernilai 5 sehingga bila kita jumlah menunjuk angka 220.
dari data tersebut maka diketahui BU=250, SM=250 dan JP=220.
sehingga tinggal kita masukan ke rumus diatas sbb:
Vac = (250/250) 220
Vac = 220
Untuk
penerapan pengukuran yang lain kita lakukan hal yang sama misalnya
output trafo step down yang merupakan tegangan AC. Untuk mengukurnya
tentukan batas ukur terlebih dahulu dengan mengacu pekiraan nilai yang
tertera pada trafo tersebut. Kemudian sentuhkan ujung probe multimeter
ke masing-masing terminal outpu trafo yang akan diukur. Tentu saja
terminal trafo primer trafo harus terhubung tengangan PLN.
Sumber : http://www.teknik-elektro.org/2012/01/cara-menggunakan-multimeter-multitester.html