Minggu, 08 Maret 2015

Rokok Dan Bahanya Bagi Kesehatan Dan Lingkungan



Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Merokok sudah mejadi kebiasaan bagi sebagaian orang, mereka beralasan jika tanpa merokok serasa ada yang kurang. Pada saat ini kondisi kelompok umur manusia yang merokok sudah sangat memprihatinkan. Siswa yang baru lulus sekolah dasar (SD), atau bahkan siswa yang masih duduk di bangku SD sudah berani dan biasa merokok di are public. Pemerintah tidak tinggal diam beberapa peraturan daerah dibuat untuk mempersempit ruang bagi perokok. Mulai dari larangan merokok di fasilitas umum seperti : terminal, stasiun kereta, taman, area bermain anak, angkutan umum serta sarana pendidikan merupakan sebagian kawasan yang dilarang merokok. Melihat kondisi yang semakin bernatakan, bukan lagi hanya manusia yang dirugikan oleh bahaya merokok, kini lingkungan pun mulai tercemar oleh bahaya dari asap rokok. Sudah sebegitu parah memang dampak yang ditimbulkan dari benda yang berbentuk silinder kecil, dijual dalam sebuah bungkusan dan mulai diperkenalkan pertama kali oleh suku indian.
Indonesia sebagai Negara dengan populasi terbesar nomor 3 di dunia pasti mempunyai cerita tersendiri dari benda yang berbentuk silinder ini. Bagi sebagian masyarakat Indonesia kebiasaan merokok sulit dihilangkan padahal mereka sendiri tau apa yang akan menjadi dampak dari si silinder kecil yang berbahaya ini. Berikut beberapa fakta yang mencengangkan akibat dari yang ditimbulkan oleh rokok.
 


1.      Konsumsi Tembakau
  • Indonesia salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia.
  • Indonesia mengalami peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir: dari 33 milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000. Antara tahun 1970 dan 1980, Konsumsi meningkat sebesar 159 %. Faktor-faktor yang ikut berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi produksi rokok di tahun 1974.
  • Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan lebih jauh sebesar 54% terjadi dalam konsumsi tembakau – walaupun terjadi krisis ekonomi.

2.     Prevalensi Merokok
  • Hampir satu dari tiga orang dewasa merokok. Prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995 Lebih dari 6 dari 10 pria merokok, namun sedikit wanita yang merokok. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Hanya 1,3% wanita dilaporkan merokok secara teratur pada tahun 2001.
  • Lebih banyak pria di pedesaan yang merokok. Prevalensi merokok di kalangan pria dewasa di pedesaan adalah 67,0 % dibandingkan dengan 58,3 % di perkotaan. 73% pria tanpa pendidikan formal merokok. Lebih dari 7 dari 10 (73%) pria tanpa pendidikan formal merokok, dibandingkan dengan 44,2% pada mereka yang tamat SLTA.
  • Pria berpenghasilan rendah prevalensi lebih tinggi namun konsumsi lebih rendah. Makin rendah penghasilan, makin tinggi prevalensi merokoknya. Sebanyak 62,9% pria berpenghasilan rendah merokok secara teratur dibandingkan dengan 57,4% pada pria berpenghasilan tinggi. Namun pendidikan yang lebih tinggi berarti konsumsi yang lebih tinggi pula. Pria berpenghasilan tinggi  merokok sekitar 12,4 batang per hari dibandingkan dengan 10,2 batang pada pria berpenghasilan rendah.
3.     Umur Mulai Merokok
  • Sebagian besar (68,8%) perokok mulai merokok sebelum umur 19 tahun, saat masih anak-anak atau remaja. Rata-rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001.
  •  Prevalensi pria perokok meningkat cepat setelah umur 10 sampai 14 tahun.
  • Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak ke 60,1 % (20-24 tahun).
  • Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan konsumsi sebesar 65% antara 1995 dan 2001 – lebih tinggi dari kelompok lain manapun.

4.      Paparan Asap Tembakau Lingkungan Atau Perokok Pasif

  • Lebih dari 43 juta anak terpapar asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan (ETS). Lebih dari setengah (57%) rumah tangga mempunyai sedikitnya satu perokok dalam rumah dan hampir semuanya (91.8%) merokok di dalam rumah. Diperkirakan bahwa lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar pada asap tembakau pasif atau asap tembakau lingkungan (ETS).
  • ETS menyebabkan kanker. Bayi dan anak yang terpapar ETS mengalami  peningkatan resiko terkena bronkitis, pneumonia, infeksi telinga, serta perlambatan pertumbuhan paru-paru. Orang dewasa bukan perokok yang terus menerus terpapar ETS mengalami peningkatan resiko kanker paru dan jenis kanker lainnya.
Selain fakta diatas beberapa temuan baru bermunculan tentang merokok dan perokok. Salah satunya sekarang banyak sekali wanita yang menjadi perokok aktif. Semakin tahun semakin meningkat jumlah perempuan yang menjadi perokok aktif. Pada tahun 1960 merokok bisa meningkatkan kemungkinan bagi seorang wanita meninggal dunia kanker paru-paru sebesar 2,7 persen. Dan semakin bertambahnya tahun ternyata semakin tinggi pula jumlah perokok aktif wanita yang meninggal akibat kanker paru-paru. Misalnya dari 2000 sampai 2010 telah terjadi lonjakkan jumlah wanita yang meninggal sebanyak 25 kali lipat karena kanker paru-paru. Yang lebih menakutkan lagi, wanita perokok aktif saat ini mulai terbiasa dan tidak takut kalau bakal terkena kanker paru-paru. Sampai hari ini saja, seorang wanita mampu merokok lebih dari 5 batang setiap harinya. Tren yang sama berlaku juga untuk kematian seorang wanita yang diakibatkan oleh penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD).
Seperti dilansir Dailymail, Kamis (24/1/2013), penggunaan tembakau di kalangan wanita mencapai puncaknya pada 1980-an dan memiliki dampak kesehatan yang akan dirasakan beberapa tahun kemudian. Penelitian ini sendiri melibatkan lebih dari 2,2 juta pria dan wanita yang berusia 55 tahun lebih tua dan termasuk di dalamnya data-data yang ada pada tahun 1959 sampai tahun 2010. Tingkat penderita kanker paru-paru di kalangan pria mencapai puncak dengan angka tertinggi terjadi pada tahun 1980 sedangkan risiko kematian yang diakibatkan oleh penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) pada pria terus meningkat.
Temuan ini menegaskan sekaligus mengingatkan kepada banyak wanita perokok aktif di seluruh dunia, “Jika wanita aktif merokok seperti pria, wanita pun bisa saja mati seperti pria,” kata seorang peneliti yang melaporkan temuannya tersebut dan memasukkannya ke dalam New England Journal of Medicine. Menurut peneliti tersebut, segeralah berhenti merokok. Berhenti merokok pada usia berapa pun saja, secara dramatis akan mengurangi angka kematian dari semua penyakit yang disebabkan oleh merokok.
Berikut fakta tentang (epidemi) rokok di Indonesia menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE

1. Jumlah perokok aktif di Indonesia terbanyak ke tiga di dunia setelah China dan
India.
2. Prevalensi Perokok: 67,4 %(laki-laki) &4,5%(perempuan)
3. 61,4 juta perokok di Indonesia
4. 97 juta warga Indonesia (non-smoker) terpapar asap rokok orang lain (secondhand smoke)
5. 43 juta anak-anak terpapar asap rokok (secondhand smoke), diantaranya 11,4 juta anak usia 0-4 tahun
6. Lebih dari 200.000 meninggal setiap tahun akibat penyakit berhubungan dengan rokok
7. Tren Kenaikan Anak usia 10-14 tahun yang merokok tahun 1995 dan mengalami peningkatan hingga enam kali lipat pada tahun 2007. Jumlah Perokok Anak 1995 sebesar 71 .126 anak dan pada tahun 2007 sebesar 426.214 anak.
8. Beban ekonomi makro akibat penggunaan tembakau sebesar Rp 245, 41 Triliun Rupiah (2010)
Begitu banyak fakta-fakta terkait bahaya merokok, namun masih banyak pula yang belum menyadarinya. Maka dari itu, kita sebagai penerus dan pengubah bangsa sebaiknya menghindari, mengurangi, dan menghentikan kebiasaan tersebut. Karena hal ini demi kebaikan diri sendiri dan juga orang-orang di sekitar kita. Mari belajar hidup sehat dan hindari rokok untuk masa depan yang lebih baik. Untuk itu “Matikan Rokokmu atau Rokok yang Mematikan Kamu !!”
Sumber tulisan :