Rabu, 30 Januari 2013

Up dan Down Counter

Sebuah Counter disebut sebagai Up Counter jika dapat menghitung secara berurutan mulai dari bilangan terkecil sampai bilangan terbesar. Contoh : 0-1-2-3-4-5-6-7-0-1-2.

Sedangkan Down Counter adalah Counter yang dapat menghitung secara berurutan dari bilangan terbesar ke bilangan terkecil. Tabel PS/NS untuk Up dan Down Counter 3 bit seperti ditunjukan pada Tabel 4.1. 
 
Tabel 4.1. Tabel PS/NS untuk Up dan Down Counter 3 bit.



Untuk membuat sebuah rangkaian Up Counter, lakukan langkah-langkah sintesa rangkaian yang telah dijelaskan sebelumnya. Dari hasil persamaan logika berdasarkan Tabel PS/NS di atas didapatkan rangkaian seperti di bawah ini :



Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa Down Counting merupakan kebalikan dari Up Counting, sehingga rangkaiannya masih tetap menggunakan rangkaian Up Counter, hanya outputnya diambilkan dari Q masing-masing Flip-flop. Bentuk rangkaian Down Counter adalah seperti gambar 4.3.











Sumber :

Cara Menggunakan Multimeter / Multitester

Banyak sekali istilah yang digunakan untuk menyebut alat ini, ada yang menyebut Avometer karena merujuk kegunaanya dari satuan yang digunakan Ampere, Volt dan Ohm. Multimeter dari kata Multi (banyak) dan Meter (dikonotasikan sebagai alat ukur). Multitester dari kata Multi (banyak) dan tester (alat untuk menguji).
Sebelum kita menggunakanya alangkah baiknya bila kita mengenal panel, terminal, dan fasilitas yang dimiliki alat ukur elktronika ini.

Cara Menggunakan Multimeter / Multitester

I. BATAS UKUR (BU) pada Multimeter seperti berikut ini.

Batas Ukur merupakan Nilai maksimal yang bisa diukur oleh multimeter

Cara Menggunakan Multimeter / Multitester 
Cara Menggunakan Multimeter / Multitester
  1. Paling kiri atas merupakan blok selektor DC Volt. Ini merupakan blok selektor yang harus kita pilih saat melakukan pengukuran tegangan DC. Perlu diingat Ini merupakan Batas Ukur (BU) yang harus kita perhatikan saat akan melakukan pengukuran. Bila diketahui perkiraan nilai tegangan yang akan diukur maka Batas Ukur yang harus dipilih harus berada diatas nilai perkiraan tersebut. Sebagai contoh bila kita akan mengukur tegangan pada suatu rangkaian yang memiliki nilai tertera pada PCB tersebut 9 volt DC maka kita boleh menggunakan batas ukur 10 volt DC.
  2. Paling kiri atas merupakan blok selektor AC Volt. Ini merupakan blok selektor yang harus kita pilih saat melakukan pengukuran tegangan AC. Demikian juga untuk pengukuran teganganAC Batas Ukur yang harus dipilih harus berada diatas nilai perkiraan tersebut tegangan AC tersebut. Contoh Bila akan mengukur tegangan Jala-jala PLN seperti kita ketahui nilai tegangan PLN berkisar antara 220 Volt AC maka harus dipilih batas ukur 250 volt AC.
  3. Bawah kanan tertulis satuan Ohm untuk mengukur resistansi, ini tidak terlalu kritik atau beresiko bila salah memilih selektor. Hanya akan berpengaruh pada ketelitian dan cara kita menghitung nilai resistansi terukur.
  4. Kiri bawah tertulis DC mA yang digunakan untuk mengukur Arus DC. Arus yang terukur maksimal 250 milli Ampere DC. penggunaan batasn ukur harus diatas nilai arus perkiraan yang ada pada rangkaian.
  5. Bila tidak diketahui perkiraan nilai tegangan gunakan batas ukur yang paling besar (bisa 1000 VoltDC atau 1000 VoltAC). Demikian juga untuk arus DC gunakan skala batas ukur tertinggi. Yang paling penting pada pengukuran arus dan tegangan DC polaritas colokan (probe) jangan terbalik. Kutup (-) terhubung colokan hitam dan (+) terhubung colokan merah.
  6. Bila dalam pengukuran terjadi kesalahan batas ukur ataupun polaritas colokan terbalik sebaiknya cepat-cepat kita tarik colokan dari titik ukur yang kita lakukan. Hal ini pada multimeter analog beresiko terhadap rusaknya alat ukur kita meskipun dalam multimeter terdapat sekring pengaman.


II. SKALA MAKSIMUM

Skala Maksimum (SM) merupakan batas nilai tertinggi pada panel meter.

Cara Menggunakan Multimeter / Multitester 
  1. Pada Skala Maksimum paling atas merupakan skala yang dibaca saat mengukur resistansi. Perlu diingat bahwa penunjukan jarum pada simpangan paling ujung kanan merupakan nilai resistansi paling kecil. Sedang pada simpangan paling kiri untuk atau jarum (bergerak sedikit) mengindikasikan nilai resistansi paling besar. Karena nilai skala resistansi (ohm) paling kiri memiliki angka paling besar, sedangkan paling kanan nilainya nol.
  2. Pada gambar di bawah ini diperjelas untuk Skala Maksimum pengukuran arus, tegangan AC ataupun DC.
Cara Menggunakan Multimeter / Multitester 

Pada gambar diatas ada tiga nilai yang umumnya dipakai pada multimeter analog yaitu skala maksimum 10, 50, dan 250.


III. MENGUKUR RESISTANSI

  1. Letakan selektor atau batas ukur (BU) resistansi yang paling sesuai. Pilih batas ukur resistansi sehingga mendekati tengah skala. Sebagai contoh: dengan skala yang ditunjukkan dibawah dengan resistansi sekitar 50kohm pilih × 1kohm range.
  2. Hubungkan kedua ujung probe (colokan) jadi satu. Bila jarum belum bisa menunjuk skala pada titik nol putar ohm ADJ sampai jarum menunjukan nol (ingat skala 0 bagian kanan!). jika tidak dapat diatur ke titik nol maka batteray didalam meter perlu diganti.
Cara Menggunakan Multimeter / Multitester 

3. Cara menghitung nilai resistansi yang terukur :
R = BU x JP
R = resistansi yang terukur (ohm)
BU
= Batas Ukur yang digunakan
JP = Penunjukan Jarum pada skala
sehingga pada contoh diatas dapat kita hitung resistansi yang terukur memiliki nilai :
BU = x 1K
JP = menunjuk pada angka 50 ohm
terhitung :
R = 1K x 50
R = 50K ohm

 Keselamatan kerja
  1. Dalam menggunakan multimeter sebagai pengukur tegangan kita harus memperhatikan manual book masing masing multimeter, yang dapat diringkas sebagai berikut : Pasanglah probe sesuai dengan kedudukannya. Probe berwarna merah dicolokkan pada terminal (+), dan probe berwarna hitam dicolokkan pada terminal com (-). Ada beberapa multimeter yang memiliki probe include dengan multimeternya sehingga tidak perlu susah-susah memasang. Jenis tegangan. Sebelum melakukan pengukuran kita harus mengetahui jenis tegangan apa yang akan kita ukur, apakah tegangan AC (alternating current) atau tegangan DC (direct current).
  2. Dengan mengetahui jenis tegangannya kita dapat menentukan penempatan selector pada bagian AC atau DC. Jika tegangan yang akan kita ukur adalah tegangan AC arahkan selektor pada bagian AC. Jika tegangan yang akan kita ukur adalah tegangan DC maka arahkanlah selektor pada bagian DC. Jika kita belum mengetahui jenis tegangannya, supaya aman dalam pengukuran hendaknya arahkan selektor pada bagian AC (karena tegangan DC sebenarnya bagian dari tegangan AC).


Mengukur tegangan DC


IV. Pengukuran arus dan tegangan DC dengan multimeter
  1. Pilih jangkah ukur dengan lebih besar dari dengan pembacaan yang masih dapat dilakukan.
  2. Sambungkan meter, yakinkan sambungan pada sisi yang benar. Meter Digital akan selamat pada penyambungan terbalik, tetapi meter analog mungkin menjadi rusak.
  3. Jika pembacaan melampaui skala : sesegera mungkin lepaskan dan pilih jangkah ukur yang lebih tinggi.
Multimeter sangat mudah rusak oleh perlakuan sembrono mohon diperhatikan hal ini:
  1. Selalu melepas meter sebelum memindah jangkah ukur.
  2. Selalu periksa letak jangkah sebelum dihubungkan kerangkaian.
  3. Jangan membiarkan jangkah ukur pada pengukuran arus (kecuali saat pembacaan ukuran).
  4. Jangkah pengukur arus paling besar resiko kerusakannya karena berada pada resistansi rendah .


Cara mengukur tegangan :
Hubungkan hitam ujung (negatif -) ke 0V, normalnya terminal negatif batteray atau catu daya. merah ujung (positif +) titik dimana anda menginginkan mengukur tegangan.

Pembacaan skala analog :
Perhatikan penempatan sakelar jangkah ukur pilih skala yang sesuai. Untuk beberapa jangkah ukur anda perlu mengalikan atau membagi 10 atau 100 seperti ditunjukan pembacaan dibawah ini. Untuk jangkah ukur teganagn AC gunakan tanda merah sebab calibrasi skala sedikit geser.
Contoh pembacaan skala ditunjukan pada:
  • Jangkah ukur DC 10V: 4.4V (baca langsung skala 0-10 )
  • Jangkah ukur DC 50V: 22V (baca langsung skala 0-50 )
  • Jangkah ukur DC 25mA : 11mA (baca 0-250 dan bagi dengan 10)
  • Jangkah ukur AC 10V : 4.45V (gunakan skala merah, baca 0-10)
Rumus :
rumus

VDC= Tegangan DC
BU = Batas Ukur
SM = Skala maksimum yang dipakai
JP = Jarum Penunjuk
 
pembacaan jarum penunjuk 

Cara menghitung :

Misalnya Batas Ukur yang digunakan 10 VDC dengan Skala Maksimum 10 VDC dan jarum diatas menunjuk pada angka 4 lebih 2 kolom kecil masing-masing kolom kecil bernilai 0,2 karena antara angka 4 dan 5(tidak tertulis), terbagi jadi (5 kolom kecil) Sehingga JP=4,4
VDC = (BU/SM)JP

=(10/10)4,4

nilai terukur=4,4VDC


MENGUKUR TEGANGAN AC

V. MENGUKUR TEGANGAN AC

Gunakan alas kaki kering terbuat dari bahan isolator sebagai pengaman minimal jika terjadi kejutan listrik. Ini perlu dilakukan bila dilakukan pengukuran tegangan AC yang dianggap besar. Sebelum melakukan pengukuran tegangan hendaknya kita sudah bisa memperkirakan berapa besar tegangan yang akan diukur, ini digunakan sebagai acuan menentukan Batas Ukur yang harus digunakan. Pemilihan batas ukur yang tepat hendaknya harus lebih tinggi dari tegangan yang diukur.

contoh
: untuk pengukuran tegangan PLN, diketahui jenis tegangan-nya adalah AC dan besar tegangan adalah 220 VAC, sehingga batas ukur yang harus digunakan adalah 250 atau 1000. Jika tidak diketahui nilai tegangan yang akan diukur, pilih batas ukur tertinggi.
Cara Menggunakan Multimeter / Multitester
  • Colokan probe merah pada terminal (+), dan probe hitam pada terminal (-) pada multimeter.
  • Menentukan Batas Ukur pengukuran. Karena tegangan PLN secara teori adalah 220VAC maka kita arahkan selektor pada bagian VAC dengan Batas Ukur 250 atau 1000 (ingat Batas Ukur dipilih lebih besar dari pada tegangan yang akan diukur). Untuk pembahasan kita kali ini kita akan menggunakan Batas Ukur 250.
  • Dalam pengukuran tegangan AC posisi penempatan probe bisa bolak-balik.
  • Hubungkan kedua ujung probe (colokan) multimeter masing-masing pada dua kutub jalur tegangan PLN misalnya stop kontak.
Cara Menggunakan Multimeter / Multitester
  • Perhatikan saat melakukan pengukuran, jangan sampai ujung probe merah dan hitam saling bersentuhan, karena akan menyebabkan korsleting.
  • Dari pengukuran tersebut diperoleh penunjukan jarum sebagai berikut.
Cara Menggunakan Multimeter / Multitester
  • Cara menentukan pembacaan hasil ukur, rumus yang digunakan tidak berbeda saat kita menghitung hasil ukur tegangan DC.
rumus2
BU = Batas Ukur
SM = Skala maksimum yang dipakai
JP = Jarum Penunjuk
VAC = Tegangan terukur

Pada pengukuran kita di atas Batas Ukur yang digunakan adalah 250 Vc dan Skala Maksimum yang digunakan 250, serta penunjukan jarum pada angka 200 lebih 4 kolom kecil yang mana masing kolom bernilai 5 sehingga bila kita jumlah menunjuk angka 220. dari data tersebut maka diketahui BU=250, SM=250 dan JP=220.

sehingga tinggal kita masukan ke rumus diatas sbb:

Vac = (250/250) 220
Vac = 220

Untuk penerapan pengukuran yang lain kita lakukan hal yang sama misalnya output trafo step down yang merupakan tegangan AC. Untuk mengukurnya tentukan batas ukur terlebih dahulu dengan mengacu pekiraan nilai yang tertera pada trafo tersebut. Kemudian sentuhkan ujung probe multimeter ke masing-masing terminal outpu trafo yang akan diukur. Tentu saja terminal trafo primer trafo harus terhubung tengangan PLN.

Sumber : http://www.teknik-elektro.org/2012/01/cara-menggunakan-multimeter-multitester.html